[LC MALANG] REDESAIN KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA SEBAGAI KAMUS RAMAH DISABILITAS
Sebagai kamus ekabahasa resmi bahasa Indonesia, desain antarmuka pengguna KBBI versi laman web dan aplikasi sebetulnya cukup mudah digunakan bagi pengguna umum. Begitu pula KBBI luring versi aplikasi pada android dan iOS. Di dalam KBBI luring tersebut tampilannya lebih ringkas dan dapat digunakan dengan mudah bahkan jika tidak memiliki jaringan seluler sekalipun. Meskipun tampilan KBBI daring dan luring nampak berbeda, namun KBBI hanya berfungsi sebagai sebuah kamus. Tidak lebih daripada itu.
Perkembangan KBBI harus mengikuti zamannya. Penambahan fitur seperti kuis, gim, atau bahkan memanfaatkan realitas berimbuh dalam KBBI juga perlu dipertimbangkan. Tentunya hal ini merupakan bagian dari usaha menumbuhkan minat baca kamus. Tidak hanya itu, tampilan KBBI yang menarik akan meningkatkan perhatian pelajar tingkat dasar untuk lebih mengenal Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Usaha Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang menyediakan KBBI braille dalam rangka memfasilitasi penyandang disabilitas netra cukup tepat. Hal ini sebagai wujud perhatian Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kepada penyandang disabilitas netra terutama dalam penyediaan KBBI. Namun pertanyaan besar muncul beberapa saat setelah KBBI braille diterbitkan pada pelaksanaan Kongres Bahasa Indonesia XI. Sampai kapan KBBI braille akan bertahan mengingat era digital sudah semakin pesat?
Saat ini cukup banyak penyandang disabilitas netra yang mampu mengoperasikan gawai. Hal tersebut disebabkan adanya aplikasi tambahan yang ramah pada penyandang disabilitas netra seperti voice over pada sistem iOS dan talk back pada sistem android. Keberadaan voice over dan talk back berfungsi sebagai pembaca layar. Dengan hadirnya teknologi ini, maka kehadiran huruf braille semakin lama semakin ditinggalkan oleh penggunanya.
Satu tahun setelah peluncuran KBBI braille, tepatnya pada puncak perayaan bulan bahasa tahun 2019, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa meluncurkan aplikasi KBBI disnetra yang masih dalam bentuk beta yang memudahkan para penyandang disabilitas netra. Tiga tahun sudah KBBI disnetra masih berbentuk beta dan belum nampak tanda-tanda pengembangan selanjutnya.
Penyatuan KBBI disnetra dengan KBBI versi laman web dan KBBI versi aplikasi jelas sekali urgensinya. Sebagai contoh merriam-webster dictionaries dan oxford dictionaries sudah menyediakan fitur pembaca immersive untuk memudahkan pelafalan dan pada akhirnya juga memudahkan penyandang disabilitas netra karena fungsinya sama seperti voice over. Hal seperti ini pasti dinantikan disabilitas netra. Tidak hanya itu, di masa yang akan datang juga perlu dipertimbangkan penyandang disabilitas lain untuk dapat menikmati KBBI ini, misalnya dengan menyediakan fitur bahasa isyarat bagi disabilitas rungu. Fitur seperti ini juga pasti ditunggu oleh disabilitas rungu.