Pembekalan Pengajar BIPA Ke Luar Negeri 2016

IMG-20160223-WA0023 (1)

Jakarta, Kemendikbud – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan melepas 44 orang pengajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) yang akan berangkat bertugas mengajarkan Bahasa Indonesia di luar negeri. Acara pelepasan berlangsung di Graha Utama Kantor Kemendikbud Jakarta, Selasa (16/2/2016) pagi.

44 orang ini adalah gelombang kedua dari total 80 orang yang diberangkatkan ke luar negeri pada 2016. Negara tujuan para pengajar ini antara lain, Vietnam, Laos, Thailand, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, Jerman, Perancis, Myanmar, Timor Leste, Australia, Amerika Serikat, Filipina, Mesir, Marokko, dan Tunisia.

konversi
Menteri Anies berpesan agar para pengajar nanti bukan hanya menjadi sebagai pengajar BIPA saja, tetapi juga sebagai duta Negara Indonesia. Karenanya Ia berharap para pengajar tersebut memahami betul isu-isu penting yang ada di negara ini.

“Ingat! Selama 24 jam, Anda wajah Indonesia. Everything You do, everything you say merefleksikan Indonesia”, katanya.

Di acara yang bertepatan pada hari dimana pegawai di lingkungan Kemendikbud mengenakan pakaian adat, pria kelahiran 7 Mei, 46 tahun silam tersebut juga menjelaskan secara singkat pakaian yang ia dan pejabat eselon 1 Kemendikbud kenakan. Kemudian ia meminta nanti pada saat berangkat, para pengajar BIPA ini membawa pakaian adat dan harus bisa menjelaskan tentang pakaian tersebut dengan baik.

“Tolong sampaikan pada mereka kehebatan kita, yang bisa bersepakat bahasa bersama, satu bahasa. Tidak banyak bangsa di dunia yang bisa melakukannya. Tunjukan itu!”, lanjutnya.

Tidak hanya pakaian, Mendikbud juga mengingatkan para pengajar BIPA untuk mempromosikan Indonesia lewat kuliner. Kuliner, kata dia, adalah salah satu tombak diplomasi yang dahsyat. “Dan Anda bisa ngomong banyak hal dengan kuliner”, tuturnya.

Masih dalam kesempatan yang sama, Mendikbud juga berharap nantinya, para pengajar juga bisa menggunakan kesempatan ini untuk membangun jejaring. “Indonesia membutuhkan orang-orang yang kiprahnya melebihi batas Negara Indonesia”, pungkasnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terus mengupayakan penguatan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) melalui tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh unit-unit kerjanya. Beberapa hal yang tengah dilakukan dalam pengembangan program BIPA antara lain pembuatan standar nasional BIPA, penambahan kuota dalam mengirim pengajar BIPA keluar negeri, hingga penjajakan untuk merekrut alumni beasiswa Darmasiswa, dan kemungkinan membuka program studi BIPA di perguruan tinggi.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbud, Dadang Sunendar mengatakan salah satu kebutuhan adanya program BIPA adalah untuk pengembangan akses diplomasi Indonesia di dunia internasional sebagai bangsa yang besar. Saat ini Badan Bahasa Kemendikbud masih membahas pembuatan standar nasional BIPA. Badan Bahasa juga telah mengundang beberapa rektor perguruan tinggi dan direktur program pascasarjana untuk membahas kemungkinan dibukanya program studi BIPA.

“Kami mengimbau semua perguruan tinggi negeri yang memenuhi standar untuk membuka program studi BIPA agar program studi BIPA bisa dibuka untuk program S-2 atau program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Karena program BIPA sebaiknya memang berada pada level tinggi,” ujar Dadang saat acara Pembekalan dan Pelepasan Pengajar BIPA ke Luar Negeri, di Aula Graha Utama Kemendikbud, Jakarta, Selasa (16/2/2016). Ia menuturkan, kelak lulusan dari program studi BIPA itu bisa dimanfaatkan sebagai guru BIPA profesional untuk program BIPA.

Upaya lain yang sedang dijajaki Kemendikbud dalam pengembangan program BIPA adalah melakukan pendataan jumlah peserta Darmasiswa untuk direkrut sebagai pengajar BIPA. Darmasiswa adalah program beasiswa dari Kemendikbud yang diberikan kepada mahasiswa asing yang negaranya memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, untuk mempelajari bahasa Indonesia, musik, kesenian, dan kerajinan tradisional di Indonesia. Dadang mengatakan, setiap tahun ada sekitar 700-800 peserta Darmasiswa yang datang ke Indonesia.

“Mereka nanti tinggal dilatih selama satu tahun, dilatih dengan ilmu tambahan tentang BIPA, kemudian dites, dan memiliki sertifikat BIPA,” kata Dadang. Para alumni Darmasiswa ini, lanjutnya, bisa juga dimanfaatkan untuk mendampingi pengajar BIPA dari Indonesia yang mengajar di negaranya.

Sumber: Kemendikbud