PEMILIHAN DUTA BAHASA DKI JAKARTA 2015

BINUS University kembali mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi Duta Bahasa DKI Jakarta 2015. Siti Ayu Nilamsari (mahasiswi Jurusan Sastra Jepang) berhasil menjadi salah satu peserta yang diundang oleh Panitia Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kegiatan seleksi tersebut belangsung selama empat hari pada 28 September—1 Oktober 2015 di Hotel Park, Jalan D.I. Panjaitan, Cawang, Jakarta.
Seleksi awal ini meliputi tes UKBI, tes TOEFL, dan tes wawasan kebahasaan.

Berikut ini esai yang ditulis Siti Ayu Nilamsari dan berhasil mengantarnya melalui seleksi administrasi:

Seandainya Saya Menjadi Duta Bahasa Tingkat Nasional 2015

Ironis, melihat perkembangan generasi ke generasi. Penggunaan bahasa Indonesia yang kini dianggap remeh-temeh oleh sebagian besar rakyat negeri ini. Mata pelajaran bahasa Indonesia yang dianggap ‘enteng’ oleh pelajar negeri ini. Berbicara dengan baku dan formal yang dianggap kuno oleh kawula muda negeri ini.
Saya yakin, bagi sebagian besar orang dari kita, bahasa Indonesia bukanlah sesuatu hal yang sulit, yang harus dipelajari, bahkan diujiankan. Sebagian dari kita menganggap sudah ahli, sebab mereka pikir, “..ini bahasa asli saya, sejak kecil saya mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari”.
Padahal apa nyatanya? Apakah bahasa yang mereka bilang ‘bahasa asli’ mereka ini adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar? Apakah dari segi berbicara baku atau formal, mereka dapat dengan lancar merangkai setiap kata dengan baik dan benar? Apakah perbendaharaan kata mereka serta pemahaman arti dari setiap kata-kata tersebut sudah tepat? Apakah dalam hal penulisan mereka telah dapat menulis berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan? Apakah dalam ujian mata pelajaran bahasa Indonesia mereka dapat dengan mudah mendapatkan nilai sempurna seperti pada mata pelejaran lainnya?
Tidak, tentu tidak.
Sebagai contoh, tidak perlu yang jauh, saya sendiri. Tiga kali mengikuti ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia (SD, SMP, SMA), belum pernah sekali pun saya mendapatkan nilai sempurna, atau 100. Ulangan harian pun tidak. Tugas pun, tidak.
Dalam menyampaikan presentasi di muka umum, tentu membutuhkan penyusunan kata yang baik serta baku, namun saya kerap kali kesulitan menemukan kata baku yang tepat untuk mewakilkan apa yang ingin saya sampaikan.
Tugas membuat artikel, surat, naskah drama, dan semacamnya tentu sudah makanan sehari-hari saat di bangku sekolah. Kesulitan menulis dengan EYD pun setia datang menghampiri. Bagaimana aturan pengkapitalan huruf, penulisan tanda baca, penulisan imbuhan, dan lain sebagainya.
Masalah-masalah tersebut di atas adalah beberapa contoh kecil yang membuktikan betapa minimnya pengetahuan kita tentang bahasa asli kita, betapa besarnya kebutuhan kita untuk membenahi permasalahan ini.
Beberapa teman hari ini berkampanye di depan kelas, mempromosikan diri tentang apa yang akan mereka lakukan seandainya mereka terpilih menjadi Duta Bahasa. Sebagian besar dari mereka memiliki rencana besar dan hebat, yaitu membawa bahasa serta budaya Indonesia ke kancah internasional, agar semakin dikenal negara lain, serta berkeinginan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Pemikiran serta rencana yang luar biasa. Dunia membutuhkan mereka-mereka yang berani bermimpi besar. Tentu akan menjadi sesuatu yang membanggakan bagi kita apabila rencana-rencana besar tersebut terealisasi suatu hari nanti, bukan?
Tapi kemudian, ada sesuatu yang mendesak pikiran saya, bahwa sebelum kita memulai dengan sesuatu yang jauh, perlu adanya langkah terdekat yang kita ambil. Apa maksudnya?
Mulailah dari dalam negeri, dari kita sendiri. Banyak kekurangan yang kita miliki dalam berbahasa, kurangnya pemahaman dan keterampilan, serta tahukah Anda banyak saudara-saudara di daerah yang ternyata masih belum fasih berbahasa Indonesia? Tidakkah Anda berpikir bahwa banyak hal-hal yang perlu dibenahi terlebih dahulu di dalam negeri ini sebelum kita melangkah ke kancah internasional dan memperkenalkan bahasa kita? Sudahkah Anda merasa bahwa masyarakat kita di seluruh Indonesia dari Sabang hingga Merauke telah siap secara sempurna dalam berbahasa Indonesia yang baik serta benar? Renungkanlah.
Maka dari itu, saya berniat bila saya terpilih menjadi Duta Bahasa Tingkat Nasional Tahun 2015, saya ingin membenahi dari dalam negeri. Memastikan bahwa masyarakat Indonesia dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mengerti secara pasti bagaimana berbahasa yang baik, serta menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang wajib dikuasai di daerah-daerah terpencil di Indonesia yang masih mengandalkan bahasa daerah.
Apa yang akan saya lakukan agar pembenahan tersebut tercapai? Mari kita kupas menurut masalahnya.
Masalah pengucapan atau kefasihan dalam berbicara bagi masyarakat di daerah terpencil dapat kita atasi dengan sosialisasi bahasa Indonesia kepada masyarakat di daerah-daerah bersangkutan. Saya bersama tim sukarelawan dapat turun langsung mensosialisasikan atau mengajarkan kepada mereka, apa dan bagaimana bahasa Indonesia itu sebenarnya.
Masalah perbendaharaan kata serta pemahaman arti dapat kita atasi dengan menambah materi ini ke dalam pelajaran di lembaga pendidikan seperti sekolah atau universitas. Yaitu dengan cara mengajak para pelajar, kawula muda, yang masih memiliki daya ingat tinggi untuk rajin membaca kamus serta memahami makna dari apa yang dibacanya. Tidak hanya kamus, kami juga akan mengajak pelajar untuk membaca buku-buku kelas berat alias buku karya ilmiah untuk dengan bahasa Indonesia yang baku sehingga mereka juga sekaligus mendapat ilmu tentang bagaimana menyusun kalimat baku yang baik.
Menulis dengan EYD dapat dibantu dengan sosialisasi atau pengajaran yang lebih intens dari tenaga pengajar atau para sukarelawan kepada masyarakat. Atau dengan penyebaran buku-buku panduan menulis EYD kepada masyarakat, yang bisa dibeli, dipinjam, atau dibagikan secara gratis.
Saya juga berencana untuk membuat Undang-Undang bersama badan yang berwenang, tentang peraturan WAJIB berbahasa Indonesia di muka umum, standar nilai kelulusan khusus mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dinaikkan, serta dibukanya perpustakaan khusus buku berbahasa Indonesia di daerah-daerah yang minim koneksi internet dan tak bisa mengunjungi mbah google untuk belajar, sehingga buku-buku di dalam perpustakaan dapat menjadi referensi mereka.
Pentingnya budaya membaca juga akan berpengaruh besar dalam pembenahan ini. Seperti kata pepatah, buku adalah jendela dunia. Anda dapat membantu membenahi diri Anda sendiri dalam berbahasa lewat membaca buku. Karena apabila Anda sadar, dari membaca buku, Anda mendapat segala ilmu yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan berbahasa yang sering kita hadapi. Dengan membaca buku (terutama karya ilmiah), Anda dapat mengerti bagaimana menulis dengan bahasa baku atau formal. Kemudian Anda juga bisa menambah pengetahuan kosakata Anda, menambah perbendaharaan kata Anda, sehingga pada saat bicara di depan umum, Anda akan sangat mudah menyampaikannya karena Anda tahu apa yang Anda ingin dan seharusnya ucapkan. Dan yang paling penting, Anda akan mengerti bagaimana menulis dengan EYD yang tepat, meskipun, saya sering menemukan beberapa buku yang tak layak lulus sensor karena kurang tepatnya penggunaan EYD.
Seandainya saya terpilih menjadi Duta Bahasa Nasional Tahun 2015, tentu akan menjadi kebanggaan dan prestasi yang luar biasa bagi saya. Sejujurnya saya hobi menulis dan membaca fiksi, tapi kemudian, saya cepat merasa bosan dan meninggalkan hobi tersebut. Penyesalan kadang datang, karena dengan meninggalkan hobi saya tersebut, saya kehilangan kemampuan menulis saya. Tak hanya itu, saya juga kehilangan banyak kosakata saat melakukan presentasi atau bicara di depan umum, pembicaraan saya jadi tersendat, dan jujur saja, bagi saya itu hal yang sangat memalukan.
Saya, bukan orang yang ahli dalam berbahasa. Tapi saya mau belajar bersama-sama. Saya mau membangun Indonesia menjadi lebih baik. Saya mau membantu masyarakatnya untuk mengenal bahasa aslinya sendiri dengan lebih baik. Saya ingin mimpi besar teman-teman saya dapat terealisasi suatu hari nanti. Tapi semuanya tidak akan terjadi, apabila kita sendiri, sebagai pemilik bahasa tersebut, tidak mencintai bahasa kita. Untuk mencintai, kita perlu memahaminya dengan sangat baik. Untuk itu, saya memiliki misi untuk mengajak masyarakat Indonesia untuk mengenali bahasa aslinya, bahasa Indonesia, serta mencintai dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari layaknya mengamalkan Pancasila.
Para pahlawan kita di masa lampau, berjuang agar kita dapat menggunakan bahasa Indonesia, bahasa asli kita, tidak perlu lagi menggunakan bahasa Belanda atau bahasa Jepang mengikuti bahasa bangsa penjajah. Mereka memperjuangkannya demi kita, masyarakat di masa sekarang. Tidaklah pantas kita untuk menyia-nyiakan perjuangan besar mereka.
Marilah kita cintai bahasa kita sendiri, cintailah BAHASA INDONESIA!